Kekuasaan dan politik
Kekuasaan diartikan sebagai kapasitas yang dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B, sehingga B melakukannya sesuai keinginan A. kekuasaan berbeda dengan kepemmpinan, kekuasaan tidak memerlukan kekuasaan tujuan, hanya ketergantungan semata sedangkan kepemimpinan memerlukan beberapa kesesuaian di antara tujuan-tujuan pemimpin dengan yang dipimpin.
Di dalam kekuasaan terdapat lima dasar kekuasaan yaitu: Pertama, kekuasaan palasain (dasar kekuasaan yang bergantung pada kekuatan atas hasil yang negatif akibat kegagalan untuk memenuhi). Kedua, kekuasaan imbalan (didasarkan pada kemampuan untuk mendistribusikan yang mana orang lain memandangnya berharga). Ketiga, kekuasaan legitimasi (kekuasaan yang diterima oleh seseorang sebagai hasil dari posisinya didalam heirarki formal suatu organisasi). Keempat, kekuasaan karena keahlian (pengaruh yang didasarkan pada keahlian atau pengetahuan khusus). Kelima, kekuasaan acuan (pengaruh yang didasarkan pada identifikkasi dengan seseorang yang memiliki sumber daya atau sifat pribadi yang di inginkan). Kekuasaan ini digolongkan menjadi dua yaitu kekuasaan formal dan kekuasaan pribadi. Selain itu terdapat kekuasaan taktik, kekuasaan taktik ini terbagi menjadi 9 diantaranya: legitimasi, pertukaran, daya tarik pribadi, menjilat, tekanan dan koralisi.
Kekuasaan sering kali juga disalah gunakan sehingga tak jarang menjadi pelecehan seksual diakibatkan ketidak seimbangan di tempat kerja. Didalam kekuasaan pasti terdapat politik dimana politik ini ialah kekuasaan beraksi sebelum itu kita perlu mengetahui definisi dari politik, dimana politik ini didefinisikan  sebagai suatu cara untuk memengaruhi pengambilan keputusan. Selain itu dari perilaku politik terdapat faktor dari politik dimana ada faktor individu dan faktor organisasi.
Berpolitik juga memerlukan etika dimana dalam berperilaku politik kita juga harus bertindak secara etis dan sangat sedikit untuk dimanfaatkan.

                          Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memberi contoh dan menjalankan suatu sistem kerja dalam upaya mencapai tujuan organisasi, di dalam kepemimpinan terdapat teori-teori dimana teori tersebut memiliki sifat, teori sifat pemimpin berfokus pada kualitas dan karakteristik personal. Adapun teori kepemimpinan ialah teori-teori mengenai perilaku yang mana teori yang mengusulkan perilaku spesifik yang mendefinisikan para pemimpin dengan situasi, tidak hanya itu dalam teori kontigensi terdapat teori kontigensi lainnya, seperti. Teori kepemimpinan situasional, teori jalur-tujuan, model pemimpin partisipasi, dan yang terakhir teori pertukaran pemimpin-Anggota.
Kepemimpinan karimatik dan kepemimpinan transformasional seorang pemimpin yang luar biasa akan  mempunyai karismatik tersendiri sehingga disegani, dihormati, dan dikuasai oleh banyak orang. Seorang yang karisma tidak begitu saja bisa didapatkan oleh semua orang, sedangkan pemimpin yang transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi semua anggotanya.
Dalam kepemimpinan sangat diperlukan juga etika dan kepercayaan.

                       Konflik dan Negosiasi
Konflik didefinisikan sebagai proses yang dimulai ketika salah satu pihak memandang pihak lainnya telah memengaruhi secara negatif atau akan berpengaruh secara negatif, terhadap segala sesuatu hal yang dipedulikan oleh pihak pertama.
Dalam konflik terdapat dua pandangan yaitu pandangan tradisional atas konflik dan pandangan interaksionis atas konflik. Pandangan tradisional atas konflik merupakan keyakinan bahwa semua konflik berbahaya dan harus dihindari sedangkan pandangan interaksionis atas konflik yaitu keyakinan bahwa konflik tidak hanya merupakan sebuah paksaan yang positif dalam suatu kelompok untuk bekerja dengan lebih efektif.
Selain itu terdapat juga jenis konflik yaitu konflik tugas, konflik hubungan, dan konflik proses. Dimana tugas dari konflik tugas terkait dengan kandungan dan tujuan pekerjaan, konflik hubungan menitik beratkan pada hubungan interpersonal, konflik proses mengenai bagaimana menyelesaikan segala pekerjaan yang ada. Dalam konflik terdapat lokus konflik atau dimana konflik terjadi. Disini terdapat tipe tiga dasar, konflik dyadic (konflik yang terjadi dua orang), konflik intragroup (terjadi di dalam sebuah kelompok atau tim), konflik antar kelompok adalah konflik yang terjadi di antara kelompok atau tim.
Proses konflik merupakan sesuatu proses yang memiliki lima tahapan. Pertentangan yang berpotensial atau ketidak sesuaian, kesadaran, dan personalisasi, niatan, perilaku, dan hasil. Dalam proses konflik terjadi 5 tahap. Tahap I: pertentangan yang berpotensial atau ketidaksesuaian, kita mengelompokkan kondisi-kondisi ke dalam tiga kategori umum: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Tahap II: kesadaran dan personalisasi dimana ada yang dipandang sebagai konflik, dan ada yang dirasakan sebagai konflik. Tahap III: niat, kita dapat mengidentifikasi lima niat dalam menangani konflik. Yaitu: bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi, berkompromi. Tahap IV: perilaku, disini dijelaskan mengenai hasil yang fungsional, hasil yang difungsional, mengelola  konflik fungsional.
Negosiasi, negosiasi merupakan suatu proses yang mana dua atau lebih pihak saling bertukar buang atau jasa dan berupaya atau setuju dengan nilai tukar bagi mereka. Dalam negosiasi terdapat strategi perundingan yang mencakup: perundingan distributif dan perundingan integrative. Dalam negosiasi terdapat pula lima tahap dalam proses negosiasi, yaitu: persiapan dan perencanaan, definisi dari aturan yang mendasar, klarifikasi dan pembenaran, melakukan perundingan dan pemecahan masalah, serta penutupan dan implementasi.


                       Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu khas yang membedakan organisasi yang satu dengan yang lain. Terdapat tujuh karakteristik utama yang dapat menangkap intisari dri budaya organisasi, yaitu: (1). Inovasi dan pengambilan resiko. Tingkat para pekerja di dorong untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko. (2). Memperhatikan detail, diharapkan untuk memajukan presisi, analisis, dan memperhatikan detail. (3). Orientasi pada hasil, tingkat manajemen menitikberatkan pada perolehan atau hasil dan bukan pada tekhnik dan proses yang digunakan untuk mencapainya. (4). Orientasi pada orang, tingkat pengambilan keputusan oleh manajemen dengan mempertimbangkan efek dari hasil terhadap orang-orang di dalam organisasi. (5). Orientasi pada tim, tingkat aktifitas kerja diorganisir dalam tim dari pada individu. (6). Keagresifan, tingkat orang-orang akan menjadi lebih agresif dan kompetitif dan bukannya santai. (7). Stabilitas, tingkat aktifitas organisosional menekankan pada mempertahankan status quo yang kontas dengan pertumbuhan. Tiap-tiap karakter ini terjadipada sebuah kontinum dari rendah ke tinggi.
Budaya merupakan istilah yang bersifat deskriptif dimana budaya organisasi memperhatikan bagaimana para pekerjaan dalam memandang karakteristik dari budaya organisasi, bukan apakah mereka menyukainya. Inilah yang merupakan istilah yang bersifat deskriptif.
Di dalam organisasi terdapat budaya dominan dan budaya yang kuat versus lemah, dimana budaya dominan suatu budaya yang mengeksresikan nilai luhur yang diberikan oleh mayoritas dari pada anggota organisasi, dalam budaya yang dominan mengekspresikan nilai luhur dan subkultur sedangkan budaya yang kuat versus lemah ialah dimana budaya yang kuat suatu budaya yang nilai luhur secara intensif dianut dan disebarkan secara luas.
Adapun fungsi budaya ialah: (1). Budaya menciptakan iklim (2). Dimensi budaya yang etis (3). Budaya sebagai suatu asset (4). Budaya sebagai kewajiban, selain itu terdapat faktor-faktor yang menciptakan dan mempertahankan budaya organisasi yaitu: pemilihan, manajemen puncak, sosialisasi, tahap pertemuan, tahap metamorfosis. Para pekerja bisa mempelajari budaya dari cerita, ritual, dan simbol.

Komentar